Jalan-jalan macet dan
kendaraan-kendaraan padat merayap bak ular menyelimuti beberapa kota.
Sebagian besar kendaraan tersebut terlihat jelas buatan dari negeri
sakura sana. Negeri sakura dan samurai tersebut memang dikenal sebagai
produsen produk-produk otomotif dengan teknologi dan kualitas berkelas.
Disamping bidang otomotif, ketika anda memasuki pusat-pusat perbelanjaan
peralatan elektronik, jepang juga digdaya dengan produk elektronik dan
mesin-mesin peralatan rumah tangga dan pertanian. Hampir sebagian produk
bidang tersebut tercantum jelas aksara made in japan sebagai simbolisasi keperkasaan dan kebanggaan dalam arena industri. Dengan itu produk dan brand dari jepang makin mengokohkan dirinya sebagai Leader market dan king of manufacturing.
Sehingga
tak dapat dipungkiri jika jepang saat ini merupakan salah negara yang
sangat maju dalam industri terutama dalam bidang otomotif. Beberapa
orang mengatakan bahwa majunya industri jepang karena mental dan etos
kerja masyarakatnya yang sangat tinggi. Tapi terlepas dari budaya bangsa
jepang yang sangat disiplin dan konsisten dalam bekerja, ada tokoh yang
sangat berjasa dalam proses revolusi industri di jepang. Tentu sangat
mencengankan bagaimana sebuah negara yang baru saja hancur lebur akibat
bom atom dalam perang dunia II bisa begitu cepat bangkit dan tampil
terdepan dalam bidang industri. Tokoh yang membangkitkan semangat
industri di jepang akibat kekalahan pada perang dunia II itu adalah
William Edward Deming.
Deming yang dilahirkan di Sioux City, Lowa ini dikenal sebagai salah satu ‘Great Quality Pioneer’ atau “the father of the quality evolution”.
Ia adalah seorang ahli statistik, Deming mendapatkan gelar sarjananya
dari Universitas Wyoming, lalu melanjutkan masternya di Universitas
Colorado dan memperoleh Doktornya di Yale. Deming sukses menerapkan
pendekatan statistikal dalam pengaplikasiannya dalam bidang industri,
hingga pada konsep Total Quality Management (TQM) yang masyhur itu dalam korporasi industri.
William Edward Deming
Sumbangsih
besar Deming bagi Jepang, ketika Jepang lulu lantah akibat serangan bom
atom yang melumpuhkan jepang. Ketika pada Tahun 1950, Dr Deming
berbicara di depan para manajer puncak Jepang tentang peningkatan mutu,
sejak saat itu organisasi-organisasi jepang mempelopori dan mengadaptasi
gagasan-gagasan Deming. Sebagai hasil dari seminar-seminarnya, sejak
tahun 1951 Jepang memiliki kompetisi nasional tahunan peningkatan
kualitas (Deming Prize). Jepang juga mempunyai sejumlah jurnal
dan buku yang dikhususkan untuk mempelajari dan memajukan
implikasi-implikasi teori Deming. Kiprahnya dalam membangkitkan kembali
industri jepang membuatnya dikenal sebagai orang yang bertanggung
jawab atas teori manajerial yang berpengaruh atas transformasi Jepang
menjadi bangsa terdepan dunia dalam produksi barang-barang bermutu
tinggi. Dalam sebuah wawancara dengan NBC, Deming berkata “If Japan can, Why can’t we”,
karena itulah kemudian Deming dilirik untuk membantu beberapa
perusahaan besar seperti General motors dan Ford untuk meningkatkan
kinerja dan kualitas produknya.
Salah
satu teorinya dalam produksi adalah tentang Variabilitas, bahwa
bagaimana mengurangi produk cacat atau gagal seminimal mungkin yang
terkenal dengan nama “eksperimen manik-manik merah” dalam kontrol
statistik. Buku terkenalnya adalah Out of the Crisis yang menjelaskan (14 point for management) 14 langkah yang harus ditempuh manajemen untuk transformasi organisasi. Selain itu Deming sering menganjurkan bahwa Top Management dan karyawan adalah setara dalam dalam mendapatkan situasi kerja yang nyaman. “Top Management penting, namun karyawanlah yang membuat bisnis produksi tetap berjalan” ujarnya.
Entah
apa jadinya jika pasca perang dunia II, William Edward Deming tak
berkunjung ke jepang dan menularkan mantra keilmuannya . Mungkin jepang
masih akan tertatih membangun negerinya dari sisa-sisa puing perang
dunia II dan terlempar jauh dari pusaran industri. Deming telah
meniupkan roh produktivitas dan mutu dalam bangsa jepang sehingga hari
ini bisa bertarung dalam medan industri yang sarat technological, valuable dan
inovatif. Teringat pesan seorang kaisar jepang sesaat setelah jepang
hancur oleh bom atom, sang kaisar berpesan kumpulkan para guru dan ahli
yang masih hidup. Edward Deming mungkin salah satu guru yang dipanggil
oleh kaisar untuk membantu membangun kembali kejayaan jepang menjadi “kekaisaran industri”. Tidak salah kiranya jika Edward Deming berhak dijuluki ‘Kaisar’ industri jepang.
17 februari 2013
Ba’da isya, gubuk ‘berhati nyaman’
0 komentar:
Langganan:
Posting Komentar (Atom)