Masih segar dalam ingatan kita tragedi Tanjung Priok 14 April 2010. Sebuah peristiwa yang sangat melukai aspek kemanusiaan kita. Sebuah kompleks makam seorang ulama Habib Hasan Bin Muhammad Al-Haddad yang sangat di hormati coba untuk di gusur. Lokasi makam memang berada pada daerah yang memiliki nilai ekonomi. Jalur keluar masuknya kontainer/peti kemas dalam sebuah perdagangan membuatnya sangat strategis. Tapi usaha itu harus berhadapan dengan sejarah religius, emosi kultural leluhur yang mendarah daging dalam masyarakat. Sehingga jika nilai yang di pahami oleh masyarakat ini di ganggu maka masyarakat akan terusik. Lokasi Tanjung Priok inilah yang menjadi saksi dua entitas nilai yang saling bertabrakan, di satu sisi nilai ekonomisnya yang sangat tinggi dan di sisi lain nilai kultural religiusnya yang sangat mendalam.

Kasus seperti ini bukan yang pertama kalinya terjadi, masih terbayang juga dalam pikiran kita peristiwa yang menimpa rakyat palestina. Banyak masyarakat yang meninggal hanya untuk meyakini bahwa ini adalah tanah leluhurnya yang penuh dengan nilai historis religius. Konflik yang berlangsung puluhan tahun ini untuk memperebutkan pengakuan akan sebuah wilayah yang memiliki nilai historis religius yang sangat tinggi.

Mungkin kita juga masih ingat bagaiman film Naga Bonar Jadi 2 yang mengisahkan cerita tentang hubungan Naga Bonar (Deddy Mizwar) dan putranya, Bonaga (Tora Sudiro) dalam suasana kehidupan anak muda metropolis. Untuk memulai bisnis, Bonaga berniat menjual tanah milik ayahnya yang disana terletak kuburan keluarga Naga Bonar. Akhirnya timbul konflik perbedaan nilai diantara mereka.

Pesan Bung Karno: Jangan sekali-kali melupakan sejarah (JAS MERAH)


 

Original Blogger Template | Modified by Blogger Whore