The End of History and “Syahrini” be a Winner

Alhamdulillah yaa,…
Sebuah kata yang bermakna ucap syukur yang sering di ucapkan oleh berbagai orang dan kalangan masyarakat. Tapi mengapa kata itu menjadi sangat fenomenal dan sensasional kita itu keluar dari bibir seorang Syahrini, padahal kata-kata itu sudah bertahun-tahun bahkan ribuan tahun telah di ucapkan oleh para kyai, mubalig, ustaz di mesjid-mesjid, pengajian, dan tempat-tempat lain. Tapi kata-kata dari pemuka agama itu seakan hanya numpang lewat dalam telinga kita. Mungkinkah masyarakat/umat lebih mendengarkan apa yang di ucapkan oleh seorang “Syahrini”..? Mungkinkah masyarakat lebih patuh pada fatwa seorang “Syahrini”..? Entahlah, ini hanya ramalan kerdilku memahami realitas yang terjadi.

Trend ini tidak hanya berlaku pada ungkapan syukur itu, tetapi tergerus dalam hal berbusana. Dalam adab agama islam dikenal istilah Hijab, yang dalam konteks keindonesiaan dinamakan jilbab. Sebagian kaum hawa seakan juga terimani dengan sebuah mode hijab ala “syahrini”, padahal sejak lama para agamawan telah mendakwahkan akan makna penting dan luhurnya hijab. Mungkin hijab ala “Syahrini” jauh lebih luhur dan bermakna sehingga sebagian kaum hawa langsung mengimani dan mengikutinya. Dakwah hijab ala “Syahrini” dengan hanya muncul di media seakan merasuk dalam batin umat terkhusus kaum hawa mengalahkan dakwah seorang kyai yang berkali-kali muncul di tengah masyarakat dengan ayat-ayat sucinya. Terlepas akan pemahaman akan makna religiusitas sebuah hijab, hijab ala “Syahrini” telah mendapatkan jamaahnya sendiri. Apakah mereka berjilbab karena ridho atau idol, hanya mereka dan tuhannya yang mengetahui.

Mode made in “Syahrini”
Makasih syahrini telah “menjilbabkan” kaum hawa dan mengalahkan para “jenggoters”

0 komentar:


 

Original Blogger Template | Modified by Blogger Whore