Lembaga Itu Candu

Di sebuah lorong gang, terlihat beberapa ana' muda sedang asyik berkerumun. Tampak mereka melakukan sesuatu hal, setelah kaki ku mendekat kepada mereka tampak sebuah gulungan kertas dan sebuah benda seperti botol yang mereka coba nikmati. Gulungan kertas itu berisi setumpuk marijuana seperti semacam daun. Botol itu kemudian terlihat di bakar bagian bawahx sehingga menimbulkan kepulan asap yang kemudian mereka isap sama". Mereka seakan sangat menikmati dan seolah berada pada dunia yang tanpa memiliki hukum gravitasi sehingga seakan melayang entah kemana.Pada titik tertentu mereka akan sampai pada fase ekstase di mana segala yang ada akan mereka lupakan. Puncak dari sebuah kenikmatan yang melewati alam sadar mereka. Inilah sebuah titik klimaks dari menikmati sebuah lentingan gulungan marijuana dan kepulan asap dari botol ajaib.

Candu pada titik tertentu akan sampai pada ekstase seperti itu, jangan heran jika candu ini menjadi barang yang sangat di cari dan mahal.Barang ini menjadi sesuatu yang tak ternilai bagi sebagian kelompok dalam masyarakat, banyak yang merelakan tenaga,harta, bahkan nyawax demi mendapatkan barang tersebut.

Pada konteks kampus, lembaga mahasiswa adalah candu. Ia memberikan kenikmatan yang tak ternilai kepada seseorang yang mencicipinya. Ada perjalanan intelektual,emosional, dan spritual dalam menjalaninya, hal ini membuat kita akan sampai pada titik ekstase sebagai manusia. Manusia sebagai makhluk sosial meniscayakan perlunya sebuah interaksi berbagai individu, sehingga mengapa lembaga memegang peran strategis. Lembaga akan mengajarkan qta banyak hal tentang hidup ini, bgm menghargai pndapat orang lain, mengelola stres, problem solving, ikhlas dalam bekerja, serta berpikir kreatif dan kritis. Hal ini akan mengantarkan qta sampai pada suatu jati diri sbagai manusia. Suatu klimaks kenikmatan yang tak tergantikan. Dalam perspektif Abraham Maslow bahwa puncak sebuah kebutuhan manusia adalah aktualisasi diri. Hal ini dapat di konsumsi dalam lembaga mahasiswa, tinggal bgaimana aktualisasi ini diarahkan dalam ruang yang positif sesuai dengan nuansa kampus yang ilmiah dan kritis. Semoga tak terjadi kegagalan seksual sperti kata Sigmund Freud akibat pemenuhan kebutuhan yang tidak pada tempatx.

Akhirnya, mudah-mudahan para pengurus akan sampai pada titik ekstase bukan pada titik jenuh dalam berproses dalam lembaga mahasiswa. Sejarah kini berada di dalam kepalan tangan, tinggal bagaimana mengukirx, karena sejarah takkan terulang sebab hidup hanya sekali.


Sebuah kado tuk para penyongsong perubahan......

0 komentar:


 

Original Blogger Template | Modified by Blogger Whore